Rabu, 04 November 2015

Gunung Merapi
            Gunung Merapi mempunyai titik koordinat/geografis : 7 °32,5'LS - 110°26,5'BT, lokasinya secara administratif termasuk Kab. Sleman, Propinsi D.I.Yogyakarta, Kab. Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, Prop. Jawa Tengah. Ketinggiannya 2986 m. dpl (kondisi tahun 2006). dan tipe Gunungapi adalah tipe strato dengan kubah lava.
Gambar 1. Evolusi Gunung Merapi               
       Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas 4 bagian :

PRA MERAPI (+ 400.000 tahun lalu)

            Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km. Karena umurnya yang sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit ditemukan.

MERAPI TUA (60.000 – 8000 tahun lalu)

            Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

MERAPI PERTENGAHAN (8000 – 2000 tahun lalu)

            Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan “de¬bris-avalanche” ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.

MERAPI BARU (2000 tahun lalu – sekarang)

            Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km selatan dari Merapi. Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu. Erupsi eksplosif yang lebih kecil teramati diperkirakan 250 tahun lalu yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Skema penampang sejarah geologi Merapi menurut Berthommier, 1990
Gambar 2. Peta persebaran awan panas Merapi 1911-2006
Peta menunjukkan sebaran endapan awanpanas Merapi 1911-2006. Hanya wilayah timur lereng yang bebas dari arah aliran awapanas dalam kurun waktu tersebut.

SEJARAH ERUPSI
            Tipe erupsi Gunung Merapi dapat dikategorikan sebagai tipe Vulkanian lemah. Tipe lain seperti Plinian (contoh erupsi Vesuvius tahun 79) merupakan tipe vulkanian dengan daya letusan yang sangat kuat. Erupsi Merapi tidak begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan awanpanas (pyroclastic flow).
            Merapi termasuk gunungapi yang sering meletus. Sampai Juni 2006, erupsi yang tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Secara rata-rata selang waktu erupsi Merapi terjadi antara 2 – 5 tahun (periode pendek), sedangkan selang waktu periode menengah setiap 5 – 7 tahun. Merapi pernah mengalami masa istirahat terpanjang selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 kegiatan Merapi mulai tercatat cukup baik. Pada masa ini terlihat bahwa waktu istirahat terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 sampai dengan tahun 1658.
            Sejarah letusan gunung Merapi mulai dicatat (tertulis) sejak tahun 1768. Namun demikian sejarah kronologi letusan yang lebih rinci baru ada pada akhir abad 19. Ada kecenderungan bahwa pada abad 20 letusan lebih sering dibanding pada abad 19. Hal ini dapat terjadi karenapencatatan suatu peristiwa pada abad 20 relatif lebih rinci. Pemantauan gunungapi juga baru mulai aktif dilakukan sejak awal abad 20. Selama abad 19 terjadi sekitar 20 letusan, yang berarti interval letusan Merapi secara rata-rata lima tahun sekali. Letusan tahun 1872 yang dianggap sebagai letusan terakhir dan terbesar pada abad 19 dan 20 telah menghasilkan Kawah Mesjidanlama dengan diameter antara 480-600m. Letusan berlangsung selama lima hari dan digolongkan dalam kelas D. Suara letusan terdengar sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awanpanas mengalir melalui hampir semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol.
Awanpanas dan material produk letusan menghancurkan seluruh desa-desa yang berada di atas elevasi 1000m. Pada saat itu bibir kawah yang terjadi mempunyai elevasi 2814m (;bandingkan dengan saat ini puncak Merapi terletak pada elevasi 2968m). Dari peristiwa-peristiwa letusan yang telah lampau, perubahan morfologi di tubuh Gunung dibentuk oleh lidah lava dan letusan yang relatif lebih besar. Gunung Merapi merupakan gunungapi muda. Beberapa tulisan sebelumnya menyebutkan bahwa sebelum ada Merapi, telah lebih dahuiu ada yaitu Gunung Bibi (2025m), lereng timurlaut gunung Merapi. Namun demikian tidak diketahui apakah saat itu aktivitas vulkanik berlangsung di gunung Bibi. Dari pengujian yang dilakukan, G. Bibi mempunyai umur sekitar 400.000 tahun artinya umur Merapi lebih muda dari 400.000 tahun. Setelah terbentuknya gunung Merapi, G. Bibi tertimbun sebagian sehingga saat ini hanya kelihatan sebagian puncaknya. Periode berikutnya yaitu pembentukan bukit Turgo dan Plawangan sebagai awal lahirnya gunung Merapi. Pengujian menunjukkan bahwa kedua bukit tersebut berumur sekitar maksimal 60.000 tahun (Berthomrnier, 1990). Kedua bukit mendominasi morfologi lereng selatan gunung Merapi.
            Pada elevasi yang lebih tinggi lagi terdapat satuan-satuan lava yaitu bukit Gajahmungkur, Pusunglondon dan Batulawang yang terdapat di lereng bagian atas dari tubuh Merapi. Susunan bukit-bukit tersebut terbentuk paling lama pada, 6700 tahun yang lalu (Berthommier,1990). Data ini menunjukkan bahwa struktur tubuh gunung Merapi bagian atas baru terbentuk dalam orde ribuan tahun yang lalu. Kawah Pasarbubar adalah kawah aktif yang menjadi pusat aktivitas Merapi sebelum terbentuknya puncak.
            Diperkirakan bahwa bagian puncak Merapi yang ada di atas Pasarbubar baru terbentuk mulai sekitar 2000 tahun lalu. Dengan demikian jelas bahwa tubuh gunung Merapi semakin lama semakin tinggi dan proses bertambahnya tinggi dengan cepat nampak baru beberapa ribu tahun lalu. Tubuh puncak gunung Merapi sebagai lokasi kawah aktif saat ini merupakan bagian yang paling muda dari gunung Merapi. Bukaan kawah yang terjadi pernah mengambil arah berbeda-beda dengan arah letusan yang bervariasi. Namun demikian sebagian letusan mengarah ke selatan, barat sampai utara. Pada puncak aktif ini kubah lava terbentuk dan kadangkala terhancurkan oleh letusan. Kawah aktif Merapi berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan letusan yang terjadi. Pertumbuhan kubah lava selalu mengisi zona-zona lemah yang dapat berupa celah antara lava lama dan lava sebelumnya dalam kawah aktif Tumbuhnya kubah ini ciapat diawali dengan letusan ataupun juga sesudah letusan. Bila kasus ini yang terjadi, maka pembongkaran kubah lava lama dapat terjadi dengan membentuk kawah baru dan kubah lava baru tumbuh dalam kawah hasil letusan. Selain itu pengisian atau tumbuhnya kubah dapat terjadi pada tubuh kubah lava sebelumnya atau pada perbatasan antara dinding kawah lama dengan lava sebelumnya.    Sehingga tidak mengherankan kawahkawah letusan di puncak Merapi bervariasi ukuran maupun lokasinya. Sebaran hasil letusan juga berpengaruh pada perubahan bentuk morfologi, terutama pada bibir kawah dan lereng bagian atas. Pusat longsoran yang terjadi di puncak Merapi, pada tubuh kubah lava biasanya pada bagian bawah yang merupakan akibat dari terdistribusikannya tekanan di bagian bawah karena bagian atas masih cukup kuat karena beban material.
Lain halnya dengan bagian bawah yang akibat dari desakan menimbulkan zona-zona lemah yang kemudian merupakan pusat-pusat guguran. Apabila pengisian celah baik oleh tumbuhnya kubah masih terbatas jumlahnya, maka arah guguran lava masih dapat terkendali dalam celah yang ada di sekitarnya. Namun apabila celah-celah sudah mulai penuh maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan tumbuhnya kubah. Sehingga pertumbuhan kubah lava yang sifat menyamping (misal, periode 1994 – 1998) akan mengakibatkan perubahan arah letusan. Perubahan ini juga dapat terjadi pada jangka waktu relatif pendek dan dari kubah lava yang sama. Pertumbuhan kubah lava ini berkembang dari simetris menjadi asimetris yang berbentuk lidah lava. Apabila pertumbuhan menerus dan kecepatannya tidak sama, maka lidah lava tersebut akan mulai membentuk morfologi bergelombang yang akhirnya menjadi sejajar satu sama lain namun masih dalam satu tubuh. Alur pertumbuhannya pada suatu saat akan mencapai titik kritis dan menyimpang menimbulkan guguran atau longsoran kubah. Kronologi semacam ini teramati pada th 1943 (April sampai Mei 1943).
            Penumpukan material baru di daerah puncak akibat dari pertumbuhan kubah terutama terlihat dari perubahan ketinggian maksimum dari puncak Merapi. Beberapa letusan yang dalam sejarah telah mengubah morfologi puncak antara lain letusan periode 18221823 yang menghasilkan kawah berdiameter 600m, periode 1846 – 1848 (200m), periode 1849 (250 – 400m), periode 1865 – 1871 (250m), 1872 – 1873 (480 – 600 m), 1930, 1961
Gambar 3. Grafik statistik letusan G. Merapi sejak abad ke-18
Grafik statistik letusan G. Merapi sejak abad ke-18. Pada abad ke-18 dan ke-19, letusan G. Merapi umumnya relatif besar dibanding letusan pada abad ke-20, sedangkan masa istirahatnya lebih panjang.
KARAKTERISTIK LETUSAN
            G. Merapi berbentuk sebuah kerucut gunungapi dengan komposisi magma basaltik andesit dengan kandungan silika (SiO2) berkisar antara 52 - 56 %. Morfologi bagian puncaknya dicirikan oleh kawah yang berbentuk tapal kuda, dimana di tengahnya tumbuh kubah lava.
            Letusan G. Merapi dicirikan oleh keluarnya magma ke permukaan membentuk kubah lava di tengah kawah aktif di sekitar puncak. Munculnya lava baru biasanya disertai dengan pengrusakan lava lama yang menutup aliran sehingga terjadi guguran lava. Lava baru yang mencapai permukaan membetuk kubah yang bisa tumbuh membesar. Pertumbuhan kubah lava sebanding dengan laju aliran magma yang bervariasi hingga mencapai ratusan ribu meter kubik per hari. Kubah lava yang tumbuh di kawah dan membesar menyebabkan ketidakstabilan. Kubah lava yang tidak stabil posisinya dan didorong oleh tekanan gas dari dalam menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan panas. Awanpanas akan mengalir secara gravitasional menyusur lembah sungai dengan kecepatan 60-100 km/jam dan akan berhenti ketika energi geraknya habis. Inilah awan panas yang disebut Tipe Merapi yang menjadi ancaman bahaya yang utama.
            Dalam catatan sejarah, letusan G. Merapi pada umumnya tidak besar. Bila diukur berdasarkan indek letusan VEI (Volcano Explosivity Index) antara 1-3. Jarak luncur awanpanas berkisar antara 4-15 km. Pada abad ke-20, letusan terbesar terjadi pada tahun 1930 dengan indeks letusan VEI 3. Meskipun umumnya letusan Merapi tergolong kecil, tetapi berdasarkan bukti stratigrafi di lapangan ditemukan endapan awan panas yang diduga berasal dari letusan besar Merapi. Melihat ketebalan dan variasi sebarannya diperkirakan indeks letusannya VEI 4 dengan tipe letusan antara vulkanian hingga plinian. Letusan besar ini diperkirakan terjadi pada masa Merapi Muda, sekitar 3000 tahun yang lalu.
Sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan. Diantara letusan tersebut, merupakan letusan besar (VEI ≥ 3) yaitu periode abad ke-19 (letusan tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan periode abad ke-20 yaitu 1930-1931. Erupsi abad ke-19 intensitas letusanya relatif lebih besar, sedangkan letusan abad ke-20 frekuensinya lebih sering. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall, 2000). Letusan besar bisa bersifat eksplosif dan jangkauan awanpanas mencapai 15 Km.
Letusan G. Merapi sejak tahun 1872-1931 mengarah ke barat-barat laut. Tetapi sejak letusan besar tahun 1930-1931, arah letusan dominan ke barat daya samapi dengan letusan tahun 2001. Kecuali pada letusan tahun 1994, terjadi penyeimpangan ke arah selatan yaitu ke hulu K. Boyong, terletak antara bukit Turgo dan Plawangan. Erupsi terakhir pada tahun 2006, terjadi perubahan arah dari barat daya ke arah tenggara, dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali Gendol.

Gambar 4. Letusan Gunung Merapi berupa luncuran awanpanas ke Kali Gendol pada Juni 2006.

KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI WARGA
            Pasca erupsi merapi membuat mereka yang tertimpa bencana kehilangan fondasi kehidupan, mulai dari lapangan pekerjaan, rumah tempat tinggal, perlengkapan hidup, hingga transportasi yaitu akses jalan yang terputus  akibat terjangan lahar merapi. Masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, meninggalkan kampung halamannya dan mengungsi ketempat yang lebih aman. Secara umum bentuk perkampungan di daerah pegunungan yang biasa tersebar, dan interaksi diantara sesama anggota masyarakat kurang intense, sekarang berubah menjadi pemukiman yang memusat pada shelter pengungsian yang membuat interaksi serta hubungan antar anggota masyarakat lebih erat.
            Letusan merapi yang begitu dahsyat beberapa bulan kemarin menyebabkan banyak anggota masyarakat di daerah lava tour yang kehilangan tempat tinggal. Warga yang kehilangan rumah sebagai tempat tinggal di tampung pada shelter- shelter pengungsian, yaitu diantaranya gondang 1, gondang 2, dan gondang 3. Tiap unit shelter dibangun dengan biaya antara enam hingga tujuh juta rupiah, dengan luas bangunan 36 meter persegi, lantai semen, dinding bambu, tiang utama bambu dan atap seng. Tiap unit terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang keluarga, dilengkapi dengan sarana Mandi Cuci Kakus dan enam titik lampu. Pendirian hunian sementara ini sangat membantu pera korban erupsi merapi yang kehilangan tempat tinggal.
            Bencana alam merupakan faktor penyebab perubahan sosial yang sangat besar dampaknya. Lingkungan alam sangatlah mempengaruhi sendi kehidupan suatu masyarakat sehingga, bila terjadi perubahan pada lingkungan maka dampaknya adalah terjadinya perubahan sosial terhadap masyarakat tersebut. Bencana alam merupakan penyebab suatu bentuk perubahan sosial yang tidak dikehendakioleh suatu masyarakat terkait dan adanya lava tour berawal dari sesuatu yang tidak dikehendaki yaitu bencana alam. Lava tour terbentuk dengan diawali oleh sebuah bencana alam yaitu erupsi gunung merapi yang menelan banyak koraban dan kerugian.
Perubahan  sosial yang terjadi pada masyarakat kawasan lava tour berlangsung dengan cepat, karena setelah bencana erupsi merapi masyarakat harus segera menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang baru yang secara otomatis merubah tatanan kehidupan anggota masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dengan cepat, menyebabkan sebuah kebingungan dan menimbulkan suatu kejutan kebudayaan atau cultural shock bagi masyarakat. Perubahan- perubahan sosial yang terjadi pada kehidupan sosial masyarakat kawasan daerah lava tour antara lain, perubahan pada pola interaksinya, perubahan matapencahariandan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, dan organisasi- organisasi sosial.
            Pola pemukiman warga daerah lereng  pegunungan umumnya berpencar dan tidak teratur, begitu juga dengan pola pemukiman  masyarakat di lereng gunung merapi yang sekarang ini menjadi kawasan wiasata lava tour. Setelah adanya bencana erupsi merapi yang mengharuskan mereka berkumpul dalam satu area pemukiman yang telah dibuat oleh pemerintah maupun LSM- LSM yang memberi bantuan berupa tempat tinggal sementara, merubah pola pemukiman masyarakat yang berimbas pada pola interaksinya. Pada saat memiliki nasib yang sama yaitu sedang menghadapi suatu masalah yang sama dan harus mencari jalan keluar bersama, maka rasa solidaritas dalam kelompok (ingroup) pada masyarakat dari berbagai desa di lereng gunung merapi yang mengungsi meningkat. Hal ini dapat menambah keharmonisan dan menghilangkan ego individu satu dengan yang lainnya. Selain itu, solidaritas dari luar kelompok (out group) juga meningkat, biasanya masyarakat di luar sana akan segera mengirimkan bantuannya kepada korban bencana alam. Dengan adanya suatu musibah nasional yaitu tidak hanya merapi, menstimulus bangsa indonesia untuk saling   saling tolong menolong dan membangkitkan rasa kepedulian terhadap sesama.
            Dampak dari erupsi merapi pada bulan oktober tahun lalu menyebabkan banyak kerugian yaitu dari segi sosial, kesehatan, lingkungan maupun materiil. erupsi merapi mengakibatkan sejumlah warga kehilangan ternak, rumah, pekerjaan sehari – hari serta harta benda. Banyak juga para korban yang menjadi depresi. Untuk saat ini, pemerintah sudah menyediakan hunian sementara bagi para korban erupsi merapi, pemerintah juga telah mengganti hewan- hewan ternak warga lereng gunung merapi yang hilang saat erupsi merapi, namun masalah yang belum dapat tertasi yaitu sawah masyarakat lereng gunung yang belum bisa digarap karena masih tertimbun oleh pasir dan material yang keluar saat erusi merapi. Hal ini menyebabkan warga yang berprofesi sebagai petani harus memutar otak untuk beralih pekerjaan baru. Sebagian warga memilih untuk menambang pasir dan berbagai profesi lain. keberadaan lava tour pada yaitu pada beberapa daerah yang terkena terjangan lahar erupsi merapi memberikan ruang kerja tersendiri bagi masyarakat lereng gunung merapi. Lava tour ramai dikunjungi warga pada saat setelah terjadinya bencana erupsi merapi. Pada saat status gunung merapi dinyatakan aman dan daerah lereng gunung dibuka, wisatawan berbondong-bondong mengunjungi wisata lahar ini.kesempatan ini diambil masyarakat sekitar yaitu dengan berdagang berbagai macam makanan dan minuman. Salah satu makanan yang dijual yaitu jadah tempe dan minuman khas lereng gunung merapi yaitu wedhang gedhang. Wedang gedhang merupakan minuman yang terbuat dari campuran pisang kepok dan gula batu yang diseduh dengan air hangat. Bu Ngudiyah merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kawasan lava tour merapi. Setiap pagi hingga menjelang petang beliau berjualan di dusun kopeng kepuharjo, dan kembali ke shelter ketika kawasan lava tour sudah sepi pengunjung (malam hari). Bu Ngudiyah tinggal di pemukiman sementara yaitu shelter Gondang 2. Sebelum merapi meletus pada akhir oktober 2010, Bu Ngudiyah Berprofesi sebagai petani, namun karena lahan sawah yang tidak bisa diolah karena tumpukan material merapi beliau beralih profesi sebagai pedagang di kawasan lava tour merapi.
            Banyaknya wisatawan dari berbagai daerah di indonesia maupun wisatawan asing yang mengunjungi obyek wisata lava tour memberi pengaruh pada perubahan sosial dan budaya masyarakat. Warga lereng merapi yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa jawa, berubah menggunakan bahasa indonesia dalam menawarkan barang dagangannya kepada wisatawan yang berkunjung. Kosakata bahasa Indonesia yang digunakan warga lereng merapi sangat terbatas dan dalam kesehariannya tetap menggunakan bahasa sehari- hari. Di bukanya obyek wisata lava tour membuat akses jalan di kawasan lava tour bagus, sehingga banyak warga daerah lereng merapi yang sudah menggunakan sepeda motor sebagai kendaraan sehari- hari, bahkan untuk mengangkut rumput sebagai pakan hewan ternak menggunakan sepeda motor

MATERIAL GUNUNG MERAPI
            Letusan gunung merapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat penambang batu dan pasir, karena gunung merapi mengeluarkan material dalam jumlah banyak, seperti batu dan pasir. Batuan yang mayoritas andesit tersebut memiliki keberagaman ukuran, mulai dari yang besar (bongkah) hingga yang sedang. Batu dan pasir tersebut ditambang oleh masyarakat setiap harinya, untuk kemudian dimanfaatkan menjadi bahan bangunan. Tentu kondisi ini memberikan peluang mata pencaharian bagi warga sekitar yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
            Selain batu dan pasir, debu vulkanik yang dikeluarkan juga membuat tanah yang terkena menjadi subur, sehingga ladang pertanian warga sekitar dapat memperoleh hasil panen yang maksimal




REFERENSI


http://rositafadma.blogspot.co.id/2012/01/perubahan-sosial-budaya-lava-tour.html ( 4 November 2015 pukul 22:00)


Rabu, 14 Oktober 2015

Jenis-jenis batuan Piroklastik


BATUAN PIROKLASTIK
            Batuan Piroklastik yang disebut juga batuan beku fragmental merupakan batuan yang dihasilkan dari proses volkanik yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan yang dikeluarkan dari pusat erupsi kemudian mengalami litifikasi sebelum atau sesudah mengalami perombakan oleh air atau es. Dicirikan oleh adanya material piroklas yang dominan (gelas, kristal, batuan volkanik), butiran yang menyudut, porositas yang tinggi.
            Secara Genesa/ Pembentukannya batuan piroklastik dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1.      Endapan Jatuhan Piroklastik (Pyroclastic Fall Deposits)
            Endapan piroklastik ini merupakan endapan piroklastik yang berasal dari erupsi eksplosif kemudian langsung jatuh dan mengendap di sekitar pusat erupsi.
Ciri-ciri Endapan Jatuhan Priroklastik :
-          Sebaran mengikuti topografi
-          Ukuran butiran menghalus, lapisan menipis menjauhi pusat erupsi
-          Memiliki struktur : graded bedding normal dan reserve
-          Memiliki komposisi : pumice, scoria, abu/debu, dan sediki lapili
-          Memiliki macam : scoria-fall deposit, pumice-fall deposit, ash-fall deposit
2.      Endapan Aliran Piroklastik (Pyroclastic Flow Deposits)
            Endapan ini dihasilkan oleh gerakan material piroklastik ke arah lateral berupa aliran gas atau material setengah padat dan berkonsentrasi tinggi di atas  permukaan tanah. Proses pengendapan sepenuhnya dikontrol oleh topografi. Dalam jenis endapan ini dapat dijumpai 3 tipe aliran yaitu : endapan aliran debu, endapan aliran scoria, dan endapan aliran pumice.
Ciri-ciri Endapan Aliran Piroklastik :
>>Endapan aliran debu dan balok/blok:
-          Terdiri dari lapili vesikuler dan debu
-          Sortasi buruk, butiran cenderung angular
-          Sebaran tidak merata, sebagian besar di lembah
-          Seringkali berasosiasi dengan lava riolitik, dasitik, dan andesitik
>>Endapan aliran scoria:
-          Didominasi oleh lapili scoria
-          Komposisi andesitik, basalitik
>>Endapan aliran pumice:
-          Komposisi dasitik, riolitik
-          Lapili, blok, pecahan gelass bertekstur pumice
3.      Endapan Surge Piroklastik (Pyroclastic Surge Deposits)
            Endapan ini memiliki proses sseperti endapan aliran, namun material piroklastiknya berada dalam media gas atau padatan berkonsentrasi rendah. Pada jenis endapan ini terdapat 3 tipe endapan yaitu : endapan base surge, endapan ground surge, dan endapan ash-cloud surge
Ciri-ciri Endapan Surge Piroklastik:
>>Endapan base surge:
-          Berasosiasi dengan endapan jatuhan piroklastik
   >>Endapan ground surge:
-          Berasosiasi dengan endapan aliran piroklastik
>>Endapan ash-cloud surge:

-          Berasosiasi dengan bagian atas endapan aliran  piroklastik



Referensi :

Diktat Praktikum Geologi. Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Petrologi batuan piroklastik. Retrieved from : https://geoakelompok1.files.wordpress.com